Minggu, 29 Mei 2016

Rusaknya Moral Generasi Muda

Budaya asing yang masuk ke indonesia membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan generasi muda saat ini.Tidak semua budaya asing membawa dampak positif bagi generasi muda saat ini,untuk itu kita sebagai generasi muda harus dapat memilah-milah budaya asing yang masuk ke indonesia.Dalam menyikapi kebudayaan yang masuk kita harus berupaya menanggulanginya agar jati diri kita sebagai anak bangsa tidak rusak. 

Banyaknya tindak kejahatan yang terjadi saat ini juga tidak lepas dari budaya asing yang masuk, tindak kriminal, narkoba,tawuran, perkosaan, pergaulan bebas terjadi karena generasi muda kita meniru kebudayaan asing yang menurut mereka sudah tidak tabu lagi untuk diikuti. Inilah fenomena yang terjadi pada generasi muda kita saat ini akibat tidak bisa memilah budaya asing yang masuk.Dalam hal ini pemerintah dan juga kita sebagai generasi muda mulai saat ini, jangan begitu saja menerima budaya asing yang masuk agar generasi muda Indonesia tidak hancur dan kita semua dapat membangun Indonesia menjadi negara yang Maju tanpa pengaruh budaya asing.

Dari masalah ini semua yang mendasarinya adalah arus globalisasi yang tak bisa dibendung lagi. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.

Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
Rusaknya generasi muda saat ini ditandai dengan mulai lunturnya nilai-nilai moral yang dimulai dari hilangnya budaya malu. Karena hilangnya budaya malu ini, para generasi muda saat ini tidak segan-segan untuk mencoba hal baru seperti rokok, minuman keras dan narkoba. Tidak hanya itu, hilangnya budaya malu ditambah dengan minimnya pendidikan agama membuat generasi muda kita tidak malu lagi memakai pakaian tidak seronok. Bukan hanya itu saja, mereka pun tidak malu lagi untuk melakukan perilaku tidak seronok bahkan dengan bangga memperlihatkan dan memperagakan perilaku tidak seronok tersebut.

Bukankah sering kita jumpai para remaja putri menggunakan pakaian tidak seronok bahkan sudah menjadi tren tersendiri. Mereka tidak segan dan malu lagi untuk memakai celana hot pant, rok mini bahkan mereka dengan bangga memamerkan itu semua menggunakan motor matic keliling komplek. Bukankah mereka punya orang tua? Apakah orang tua mereka tidak tahu hal tersebut? Ya, benar mereka punya orang tua, hanya saja para orang tua malah justru menganggap yang seperti itu adalah wajar dan tren.
Selanjutnya, dari pakaian yang tidak seronok itu kemudian muncul fenomena berikutnya yaitu pergaulan bebas. Bukankah dengan enteng orang tua mengijinkan anaknya untuk keluar malam saat ini? Bukankah dengan mudah akan kita jumpai pada malam hari di flyover atau dijalan tembusan yang gelap para pemuda dan pemudi sedang asyik berduaan? Ya, fenomena pergaulan bebas seperti sudah menjadi wabah yang penyebarannya sulit sekali dihentikan. Dan itu semua bermula dari kurangnya pengawasan orang tua ditambah dengan acuhnya masyarakat sehingga dua suplemen ini menjadikan wabah pergaulan bebas menular dengan cepat. Jadi jangan salahkan remaja jika pakaian dan perilaku mereka tidak seronok.

Pergaulan bebas tidak melulu diartikan dengan free sex atau hamil diluar nikah. Tapi lebih dari itu, pergaulan bebas adalah memberikan kebebasan secara berlebihan dengan generasi muda sedangkan mereka tidak memiliki pemahaman tentang resiko dan bahaya atas segala tindakan yang mereka lakukan. Disinilah peran keluarga sangat penting dalam menanamkan nilai moral dan agama kepada anak-anaknya sebelum mereka diberikan kebebasan untuk menyerap nilai dan moral dari komunitasnya.

Masyarakat harus memberi contoh yang baik serta peduli dengan penyimpangan perilaku generasi muda. Selain sebagai pendidikan kedua setelah keluarga, lingkungan dan masyarakat memiliki andil yang besar dalam mendidik para generasi muda. Lunturnya nilai moral remaja tidak bisa dilepaskan dari buruknya peran serta lingkungan dan masyarakat dalam fungsi pengawasan dan pembinaan. Masyarakat yang acuh tak acuh terhadap perilaku menyimpang yang terjadi di lingkungan tersebut akan menjadi legitimasi dan legalitas terhadap perilaku menyimpang tersebut. Perilaku menyimpang ini bukan tidak mungkin akan ditiru oleh para generasi penerus mereka.

Sering kita jumpai di masyarakat dimana minuman keras dan narkoba adalah sebuah budaya. Dimana setiap kali ada hajatan atau pesta maka tidak lengkap rasanya bila tidak ada minuman keras. Bukankah perilaku dan budaya seperti itu terekam oleh para generasi penerus kita. Bukan tidak mungkin mereka akan mencontoh atau bahkan ikut serta dalam pesta minuman keras tersebut.

Beberapa hari lalu bahkan sampai sekarang ini, kita disuguhi dengan budaya mabuk yang berakhir dengan maut. Budaya dari sebuah komunitas masyarakat yang menjadikan minuman keras sebagai pelengkap pesta. Minuman keras dan mabuk yang dilumrahkan oleh masyarakat secara tidak langsung akan berdampak buruk bagi mentalitas remaja dan kaum muda. Mereka setiap hari disuguhi minuman keras, diberi tontonan mabuk-mabukan secara tidak langsung akan menganggap bahwa minuman keras dan mabuk-mabukan adalah hal yang biasa. Jadi jangan salahkan pemuda jika mereka mabuk-mabukan juga.

Menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif dan ideal untuk perkembangan mentalitas dan moralitas pemuda memang tidaklah mudah. Namun setidaknya jangan tunjukkan dan contohkan perilaku yang buruk dihadapan mereka. Peran serta masyarakat dalam pengawasan perilaku menyimpang di lingkungan sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang moral para pemuda. Kegiatan yang positif seperti karang taruna dan remaja masjid perlu kembali digalakkan untuk mengarahkan dan mendidik mentalitas serta moralitas pemuda.

Agama adalah benteng terakhir.
Tidak dapat dipungkiri bahwa agama adalah benteng terakhir dalam mencegah lunturnya moralitas dan mentalitas generasi muda. Pendidikan agama yang ditanamkan sejak dini dan berkesinambungan secara langsung akan membangun mental dan moral generasi muda. Generasi muda yang dididik dengan baik keagamaannya akan memiliki “rem”, setidaknya penghambat, untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan. Sebaliknya, bila generasi mudah tidak ditanamkan nilai-nilai keagamaan yang baik dan berkesinambungan maka kesempatan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan akan semakin besar. Padahal kita semua tahu bahwa nilai-nilai keagamaan selalu mengajarkan hal baik dan selaras dengan pembangunan moralitas serta mentalitas.

Sebagai benteng terakhir, agama memang memegang peranan penting dalam mencegah degradasi moral dan mental. Untuk itu perlu peran serta tokoh agama dalam pembinaan keagamaan di lingkungan. Selain itu juga, perlu difasilitasi berbagai kegiatan sosial keagamaan yang menyasar para pemuda sebagai motor utamanya seperti Ikatan Remaja Masjid, Kelompok Pengajian Remaja, dan Karang Taruna agar generasi muda merasa diayomi dan diberikan saluran positif untuk berkumpul dan bertukar pikiran baik sesama remaja maupun remaja dan “kaum tua”. Bila remaja mendapatkan saluran yang positif serta ditanamkan nilai-nilai yang baik secara keagamaan, keadaan ini tentu saja akan memberikan dampak positif yang luar biasa bagi remaja sebagai generasi penerus bangsa.

Pada akhirnya, kerusakan moral generasi muda yang terjadi sekarang ini harus dimaknai sebagai rusaknya peran orang tua, masyarakat, serta tokoh agama dalam menciptakan lingkungan perkembangan moral dan mental yang positif. Kita tidak dapat serta merta menyalahkan para generasi muda serta kenakalan mereka karena dibalik itu semua ada peran serta kita dalam mendukung terjadinya kenakalan tersebut. Kita harus lebih peduli, mengayomi, mendengar serta memberikan eksistensi kepada generasi muda untuk menyalurkan pemikiran, hobi serta minat bakat mereka selama semua itu adalah hal positif.

Sudah menjadi keharusan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku pada pemuda. Tidak hanya itu, pemberian sanksi sosial juga diperlukan untuk menjadi pelajaran bagi pemuda lainnya agar tidak melakukan penyimpangan yang sama. Bagaimanapun juga, sanksi sosial jauh lebih hebat dampaknya daripada sanksi hukum. Bila seluruh lapisan masyarakat aktif dalam melakukan pencegahan, diharapkan perilaku menyimpang pemuda dapat berkurang secara signifikan.

Penyaringan informasi juga perlu dilakukan agar dampak negatif era informasi dapat ditekan. Untuk itu perlu peran serta Pemerintah untuk membuat regulasi dan aturan perundang-undangan yang mampu melindungi generasi muda dalam mengakses informasi baik melalui koran, radio, televisi, handphone maupun internet. Dan kembali, pengawasan dari orang tua dan masyarakat penting untuk memastikan informasi yang diakses berdampak positif bagi perkembangan moral dan mental generasi muda.

Moral Generasi Muda sebagai Modal Bangsa
Generasi muda (remaja dan pemuda) adalah aset utama sebuah bangsa dalam menentukan masa depannya. Rusaknya moral dan mental generasi muda berarti rusak pula suatu bangsa. Baik moral dan mental generasi muda berarti baik pula suatu bangsa. Moral dan mental generasi muda sebagai modal bangsa dalam pembangunan.

Menurut saya pribadi, rusaknya moral bangsa pada generasi muda zaman sekarang dikarenakan penyalahgunaan internet dan media-media elektronik lainnya serta pengaruh budaya luar yang membuat generasi muda mencontoh tanpa menyaring baik-buruknya budaya tersebut. Sangat disayangkan yang seharusnya kemajuan teknologi digunakan untuk hal yang mendidik tapi justru sebaliknya. Bukan hanya itu, kurangnya akhlak serta tayangan-tayangan dari media yang tidak mendidik juga yang membuat masalah-masalah seperti pemerkosaan, tawuran, minum-minuman keras, dll. itu tak jarang dapat ditemui di Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar